:: mencari sinar ::

UKHUWWAH ISLAMIYAH


Firman Allah Swt. Maksudnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan daripada
sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang)
kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa, dan
janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban
orang, dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang
lain. Adakah seseorang daripada kamu suka memakan daging
saudaranya yang telah mati? Jika begitu keadaan mengumpat, sudah
tentu kamu jijik kepadanya. Oleh itu patuhilah larangan Allah. Dan
bertaqwalah, sesungguhnya Allah itu Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani.”
(al-Hujurat:12)



Ukhuwwah adalah nikmat berharga yang dikurniakan oleh Allah kepada orang-orang
beriman di dalam saf perjuangan. Ia tidak dapat dijualbeli dengan wang ringgit dan harta
benda dunia. Ukhuwwah adalah suatu rasa yang diciptakan oleh Allah di dalam hati
orang-orang yang beriman. Firman Allah :

Maksudnya:
“Seandainya engkau belanjakan apa yang ada di bumi semuanya,
tidaklah mampu engkau persatukan antara hati mereka, tetapi Allahlah
yang telah mempersatukan antara mereka.”
(al-Anfal:63)

Demikian juga, jika Allah mengkehendaki untuk merapat dan memesrakan di antara
hati-hati yang beriman itu, maka ukhuwwah pun diciptakan oleh Allah di dalam hati
hamba-hambaNya yang beriman itu. Firman Allah:

Maksudnya:
“Sebenarnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah di
antara dua saudara kamu yang bertelagah. Bertaqwalah kamu kepadaAllah agar kamu dirahmati oleh Allah.”
(al-Hujurat:10)

Dari ayat ini terlihat jelas bahwa ukhuwwah hanya terbina di atas dasar iman atau
tauhid, bukan di atas ikatan-ikatan yang selain daripada itu. Justeru hanya Allah yang
dapat menyatukan hati-hati di kalangan manusia, dan hati-hati manusia itu pula akan
bersatu di atas landasan tauhid. Oleh itu, lafaz yang disebutkan di dalam ayat ini adalah
mukmin, bukanlah hanya muslim sebagai syarat pembinaan ukhuwwah tersebut.



Firman Allah :
Maksudnya:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuhkepada sebagian yang lain, kecuali orang yang bertakwa.”
(az-Zukhruf:67)

Jika ukhuwwah kosong dari iman, maka yang menjadi ikatannya adalah kepentingan
peribadi atau kelompok, parti dan sebagainya. Hal ini jelas cepat atau lambat akan
menghancurkan nilai ukhuwwah itu sendiri. Sedangkan persahabatan yang tidak terikat
dengan akar taqwa sudah tentu akan menghasilkan permusuhan dan kebencian, seperti
yang terjadi pada awal terjadinya konflik dalam sejarah manusia, persaingan merebut
harta rampasan (ghanimah) dan mengejar kepentingan serta keuntungan.
Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
“Janganlah kamu memutuskan hubungan, jangan kamu tidak bertegur
sapa, jangan kamu saling benci membenci, jangan kamu saling
berhasad dengki. Sebaliknya, jadilah kamu hamba Allah yang
bersaudara. Tidak halal bagi seseorang muslim itu tidak menegursaudaranya lebih daripada tiga hari.”

Ukhuwwah adalah kekuatan yang bersumber dari iman atau aqidah yang melahirkan
perasaan spiritual berupa kasih sayang, kecintaan, kemuliaan dan rasa percaya dan
mendahulukan kepentingan kepada saudara seaqidah. Dan darinya akan timbul sikap
tolong-menolong, mengutamakan orang lain, rasa sayang, pemaaf, pemurah, setia
kawan dan sikap-sikap mulia lainnya. Maka jelaslah bahwa ukhuwwah Islamiyah adalah
sifat yang menyatu dengan iman dan taqwa. Kedua komponen ini tidak dapat
dipisahkan di antara satu sama lain.


SANGKAAN BURUK MENAFIKAN UKHUWWAH

Sangkaan buruk terhadap sahabat di dalam bermasyarakat dan berjamaah adalah
terlarang di dalam agama. Sangkaan buruk yang ditegah di dalam Islam ialah pada
perkara yang tidak ada tanda-tanda dan bukti yang jelas dilakukan oleh seseorang.
Hukumnya jelas haram dan wajib dijauhkan. Seperti sabda Rasulullah SAW :
Maksudnya:
“Sesungguhnya Allah SAW telah mengharamkan terhadap seseorang
muslim itu darah dan maruahnya (dengan maksud haram ke atas
seorang muslim menumpahkan darah seorang muslim yang lain, juga
menjatuhkan maruahnya), dan diharamkan juga berburuk sangka
terhadapnya.”
Tetapi terhadap orang yang jelas-jelas melakukan perkara yang terlarang, tiada lagi
penghormatan terhadap dirinya. Kata Al-Hasan:
Maksudnya:
“Tiada penghormatan terhadap orang yang jelas-jelas melanggar larangan Allah.”


WAJIB MENJAGA MARUAH

Di dalam kehidupan bermasyarakat dan berjamaah, mencari kesalahan orang lain
adalah ditegah oleh agama, sehinggalah perkara yang menjadi keaiban seseorang itu,
dizahirkan oleh Allah dan menjadi perkara yang diketahui oleh umum. Untuk itu,
seorang muslim adalah wajib menjaga maruah dirinya daripada jatuh ke dalam kancah
kata nista yang ditujukan kepadanya. Adalah suatu yang wajar, kita sebagai anggota
jamaah, hendaklah mengelakkan diri daripada tempat-tempat dan keadaan-keadaan
yang boleh mengundang fitnah dan tohmahan orang terhadap kita. Seseorang yang
meletakkan dirinya ditempat yang mewajarkan dirinya ditohmah oleh orang, apabila ia
ditohmah dan difitnahkan, ia tidak patut menyalahkan orang lain lagi, selain ia
menyalahkan dirinya sendiri. Seperti kata asthar:
Maksudnya:
“Siapa yang berada di tempat yang boleh menimbulkan tohmahan orang
terhadapnya, maka ia jangan mencela, andai ada orang yang berburuk
sangka kepadanya.”

SYARAT-SYARAT PEMBINAAN UKHUWWAH
1. Ikhlas
Ukhuwwah Islamiyah akan terlaksana bilamana setiap muslim mampu
membebaskan diri dari kepentingan-kepentingan peribadi, kelompok, kumpulan dan
golongan, dan hanya menjadikan Allah Ta’ala semata-mata sebagai tujuan.
Sehingga landasan yang dipakai dalam berjuang adalah landasan Islam.

2. Dilandasi dengan (Al Wala) dan Berlepas diri (Al-Baro’),
yang dibingkaikan dengan al-Qur’an dan Sunnah.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa ukhuwwah Islamiyah
hanya akan terwujud di antara orang-orang beriman dan bertaqwa. Ertinya seorang
muslim hanya mengambil mukmin dan muttaqin menjadi temannya. Ukhuwwah
Islamiyah yang dibentuk dari peribadi mukmin dan muttaqin ikatannya sangat kuat
dan kukuh, tidak akan goyah meski badai fitnah melandanya karena mereka
bersaudara berlandaskan ilmu dan aqidah/keyakinan yang haq.

3. Tegak berasas nasihat kerana Allah.
Seorang muslim seharusnya menjadi cermin bagi saudara mu’minnya yang lain.
Ia akan sentiasa meningkatkan kebajikan,sebaliknya jika terdapat kekurangan
pada diri saudaranya ia akan menasihatinya dengan cara yang baik dan menganjurkannya
agar segera bertaubat kembali kepada petunjuk agama yang haq.
Dengan demikian terjadilah tolong menolong yang penuh keberkahan jauh dari fanatisme.
Sekaligus mendorong terbentuknya persaudaraan atas dasar Islam dengan neraca syariatNya.
“Demi Masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.”(al-‘Ashr: 1-3)
4. Komitmen (Iltizam) dengan metode (Manhaj) pemahaman yang benar.
Hal ini akan terlaksana jika mereka-mereka yang bersaudara ini setia untuk tetap berhukum
kepada hukum Allah dan mengembalikan semua masalah kepada Allah dan
RasulNya. “...Jika kalian berbeza pendapat, maka kembalikanlah semuanya
kepada Allah dan RasulNya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (an-Nisa:59)



0 comments:

Post a Comment